Sang Pemula

Wednesday, April 12, 2006

Aku&Buruh


Seperti biasa, pagi itu Ratmini segera bergegas menuju pabrik. Setelah mengantar anaknya sekolah, langkah Ratmini tertuju kearah pabrik tekstil tempat ia bekerja. Setelah suaminya meninggal, Ratminilah yang menjadi tulang punggung keluarga.
Dalam perjalanan, Ratmini memikirkan ajakan teman2x sekerjanya untuk ikut demonstrasi. Kata temannya, demo dilakukan untuk peringatan hari buruh sedunia dan memperjuangkan hak2x buruh.
Dalam pikirannya, Ratmini bimbang antara bekerja atau ikut demonstrasi. Kebimbangan Ratmini bukan karena ia takut dipecat jika ikut demonstrasi. Bukan itu. Benar bukan itu, Kawan! Ratmini berpikir, kalau ia ikut demonstrasi, berarti tidak bekerja. Dan kalau tidak bekerja, berarti pula ia tidak mendapat upah hari itu. Ya.. tidak mendapat upah. Ratmini hanyalah buruh rendahan dengan harian.
Mau makan apa ia dan keluarganya hari itu jika tidak bekerja. Pendapatannya hanya cukup untuk sehari-hari. Tidak tersisa sedikitpun.
Disisi lain, dari hatinya yang paling dalam, Ratmini ingin ikut berdemonstrasi. Ingin ikut berjuang untuk memperoleh apa yang sebenarnyanya menjadi haknya. Hak sebagai seorang buruh. Ratmini merasa selama ini, tidak memperoleh apa yang seharusnya menjadi haknya. Upah yang rendah, jam kerja yang tidak seimbang, tidak adanya jaminan kesehatan, tidak adanya asuransi kecelakaan dan berbagai hak lainnya yang sebenarnya harus ia terima. Setiap tetes keringatnya tidak dihargai.
Dalam kebimbangan Ratmini terus berjalan. Tinggal beberapa puluh meter bangunan angkuh pabrik terlihat. Pikirannya langsung buyar saat teriakan2x demonstran menggema ditelinganya. Terlihat didepan gerbang pabrik berpuluh2x buruh berkumpul mengusung berbagai spanduk.
Tinggal beberapa meter lagi Ratmini sampai di pintu gerbang pabrik. Tiba2x saja Ratmini berhenti. Ratmini serasa dipersimpangan jalan. Ratmini tampak memandang kearah kerumunan demonstran. Sesaat pandangannya diarahkan kedalam pabrik. Kebingungan dan kebimbangannya memuncak. Ratmini tampak menundukan kepada dan menarik napas panjang.
Selang beberapa detik saja, wajah Ratmini telah berubah. Tampaknya Ratmini telah menentukan pilihan. Dengan berjalan pelan, Ratmini berkata “.....Ya Tuhan berilah hambaMu ini kekuatan untuk memperjuangkan apa yang seharusnya saya peroleh....”. Ratmini telah hilang ditelan kerumunan massa diiringi teriakan orator.

We dedicated this short story for all workers in the world!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home