Sang Pemula

Tuesday, January 02, 2007

Ketika BK Tak Hanya di-NB (CATBK)

Minggu sore, 31 Desember 2006, dengan tergopoh-gopoh Bung Kriwil (BK) mendatangi saya. Hujan belum juga reda, bahkan semakin menggila. Sampai-sampai pemerintah “beriklan” memperingatkan rakyatnya akan bahaya banjir, longsor dan sebagainya. Televisipun masih menyiarkan banjir, longsor dan kapal tenggelam. Ach…
Hujan deras sepertinya tidak menghalangi niat besar BK untuk menemui saya. Bahkan, jas hujan yang dikenakannya sampai-sampai lupa dilepaskannya. Sebagai tuan rumah yang baik, saya langsung menemui BK. Dan kagetnya, bukan kata-kata yang keluar dari mulutnya, tapi secarik kertas buram keluar dari saku celananya. BK langsung menyodorkan kertas buram itu kepada saya. Saya terima kertas buram yang tulisannya mulai luntur terkena air hujan. Seperti editor koran nasional terkemuka saya baca tulisan dalam kertas itu kata demi kata. Detail demi detail dan akhirnya kalimat terakhir sudah saya baca.
“Terus ini apa maksudnya ?” tanya saya membuka pembicaraan.
“Menurut kamu gimana tulisannya ?” balas BK balik nanya.
Saya hanya manggut-manggut saja tanpa memberi jawaban sedikitpun.
“Saya ingin tulisan ini dimuat di blogmu,” lanjut BK setelah saya tidak merespon pertanyaannya.
“Selama ini saya bertugas sebagai komentator tulisan-tulisanmu untuk bagian NB saja. Itupun hanya keluar satu atau dua kalimat saja. Gimana kalo untuk tulisan tutup tahun yang ngisi aku saja, nah kamu kebagian ngisi NB-nya saja ?” jelas BK mengutarakan maksudnya.
“Ooo…gitu ya,” jawab saya dingin.
“Iya, aku tahu tulisanku belum bagus banget dan sempurna. Aku sadar aku masih perlu banyak belajar dalam hal tulis menulis. Aku juga paham kalo aku belum melek karya sastra dunia, tapi bukankah aku tetep punya kesempatan untuk dapat menulis, aku kan juga punya hak. Tolong dong beri aku kesempatan,” kata BK.
“Iya…iya…jangan merengek-rengek gitu dong. Semua orang memang punya hak untuk menulis, tapi…,”.
Belum sempat saya akhiri kalimat itu, azan Magrib sudah di telinga dan pembicaraanku dengan BK harus berakhir sore itu. “Mungkin bisa kamu pertimbangan. Aku sangat berharap ada kabar baik dari kamu,” ujar BK sambil meninggalkan rumah saya.
Malam itu juga saya baca berkali-kali tulisan BK. Yeah, saya rasa perayaan tahun baru kali ini harus saya lupakan dan ditinggalkan demi secarik kertas buram dengan tulisan yang rada-rada memusingkan pikiran (Bukan hanya isinya, tapi tulisannya kayak cakar ayam, sumpah&ampun deh…).
Kalau ditilik lebih dalam lagi, tulisan BK yang diberi judul “Catatan Akhir Tahun Bung Kriwil” (CATBK) ini, baik dari segi gaya bahasa, diksi atau pilihan kata, alur tulisannya, saya rasa tulisannya memang tidak terlalu istimewa dan jauh dari sempurna. Apalagi untuk sebuah catatan akhi tahun, waduh nggak komplit kayak gado-gado gitu. Belum lagi gaya tulisannya, waduh kurang mecing dengan blog saya (yang katanya pembaca setia, cool abis), itu yang akhirnya menguras pikiran dan perasaan saya, tentunya selain tulisannya yang tidak lebih baik dari cakar ayam itu.
Hingga dinihari alias tahun sudah berganti, saya masih pegangi tulisan BK. Tulisan yang sudah pudar semakin memudar, kertas yang lecek semakin lecek. Beberapa kata mulai sulit dibaca dan ini semakin memusingkan kepala. Namun, bagaimanapun juga saya tetap mencoba merasai tulisan itu, tulisan kawan saya BK.
Tiba-tiba saja, perasaan takut menyeruak di dalam diri saya, jangan-jangan tulisan ini akan rusak dan kemudian musnah jika saya baca terus menerus. Pikiran soal kesempatan juga menggelayuti otak ini. Setiap orang memang harus diberi kesempatan untuk berkarya termasuk menulis,saat media-media pasaran jauh dari harapan. Bukan soal hasil dari karya, tapi lebih ke adanya kesempatan yang pada akhirnya bisa menjadikan karya akan lebih sempurna.
Selain itu, saya pernah mendengar kabar dari seorang dokter terkemuka di Indonesia (kamu percaya???), ternyata jika pemikiran tidak difungsikan dalam kata-kata, otak manusia akan semakin menua dan tidak bisa bekerja. Bahkan, kata dokter itu (kamu masih tetap percaya???), kanker prostat hingga impotensi bisa menggejala jika pemikiran banyak yang tersumbat. Dokter itu menganalogikan saat manusia memasuki masa puber, muncul banyak jerawat karena banyak hal yang tidak tersalurkan (Kalo kamu percaya aku ada contact person-nya).
Dan mungkin memang sudah saatnya kesempatan harus dibuka dengan lebar-lebar agar tidak banyak manusia yang otaknya menua belum pada waktunya dan tentunya kanker prostat serta impotensi mengancam umat manusia. Ach, Bung Kriwil, kawan saya yang baik beruntung benar kau kali ini. Dan inilah tulisannya, tanpa editing sedikitpun (Bukannya sudah sempurna, tapi saya bingung, bagian mana yang harus diedit). Okey selamat menikmati dan sebelumnya, kepada pembaca setia blog ini, saya mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya jika tulisan di bawahi ini kurang berkenan di hati kalian. Maafkanlah???

“Catatan Akhir Tahun Bung Kriwil”
Tanpa terasa tahun 2006 sudah pergi meninggalkan kita. Banyak kejadian yang tak terduga terjadi, program-program hidup banyak tercecer dan tidak sedikit harapan tinggal kenangan. Memang saya bukan seorang pemilik stasiun TV atau koran, tapi saya juga ingin mengikuti tren media setiap tutup tahun yaitu refleksi akhir tahun. Dan agar lebih memudahkan pembaca, saya bagi sesuai tema-tema yang ada dan akan saya mulai dari…
Politik
Kata kawan saya yang kuliah di FISIP, politik itu ternyata Tai Kucing. Itu definisi yang dibuatnya sendiri bukan Aristoteles, Thomas Hobbes atau Marchiavelli. Namun, bagi saya, politik itu sama artinya dengan membingungkan. Dan memang harus saya akui, saya tidak terlalu mendalami dan mengikuti perkembangan politik, namun kabar anggota DPR YZ yang main cinte dengan penyanyi dangdut (???) ME sudah meruntuhkan kepercayaan saya terhadap dunia politik.
Kebijakan pemerintah yang katanya pro kapitalis dan memeras keringat dan darah rakyat juga tidak banyak saya pahami, namun yang nyata bagi saya, penjual nasi goreng langganan saya terpaksa harus menaikkan tarifnya karena beras dan Sembako lainnya melambung tinggi. Akhirnya politik semakin membingungkan saya saat mereka para menteri, gubernur dan pejabat lainnya berteriak-teriak akan kehidupan rakyatnya dan rakyat sendiri semakin sesak merasakan kehidupan.
Ekonomi
Wajah penyiar Metro TV Maria Kalaj masih bisa saya ingat. Terkesan cerdas selain wajahnya yang cantik tentunya. Suatu sore, saya ikuti headline news di stasiun TV tersebut yang melakukan live report dari Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sore itu, BEJ resmi tutup tahun dan kemeriahan tampak menonjol selama penutup itu dan hal ini sangat wajar karena BEJ tutup tahun dengan segudang prestasi selama tahun 2006 yaitu peningkatan indeks harga saham No 1 se Asia Tenggara dan No 3 se dunia. Bahkan, ibu menteri keuangan (saya lupa namannya?) yang secara simbolis menutup pasar saham itu tampak tersenyum manis sambil meniupkan terompet saat ribuan balon dilepas dari atas gedung BEJ.
Bagi saya, ekonomi tahun ini tak jauh beda dengan tahun-tahun sebelumnya, bahkan tahun ini mi instant dan nasi angkringan lebih banyak memasuki rongga-rongga perut saat makanan yang lebih dari itu semakin tidak terjangkau saya. Dan yang cukup meyesakkan saya adalah pengangguran semakin nyata di hadapan mata, saat kawan dan rekan yang baru saja lulus masih bingung dan sibuk mencari kerja karena lapangan kerja yang semakin langka. Layakkan kita berpesta ibu menteri???
Sosial
Saya tidak tahu harus berkata-kata apa untuk kehidupan sosial bangsa ini. hati dan pikiran saya kusut membicarakan masalah sosial, mungkin sekusut masalah sosial bangsa ini selama tahun 2006?
Budaya
Suatu ketika, saya dan kawan saya pernah diskusi soal budaya dan ternyata antara kami berdua berbeda persepsi soal budaya. Bagi kawan saya, budaya berkaitan dengan ritual-ritual adat, kraton hingga peninggalan budaya lainnya. Bagi saya, budaya itu sendiri tidak lain dan tidak bukan adalah apa yang ada dalam kehidupan manusia.
Saya menilai budaya tidak selalu berarti pakaian tradisional, kesenian Jadoel, kraton ataupun ritual adat lainnya, tapi budaya adalah lingkaran hidup manusia yang berjalan. Mungkin tidak seindah dan sesuci budaya yang ada sejak jaman dulu, tapi itu adalah proses pembudayaan hati, pikiran dan tindakan diri.
Budaya kita jaman dulu katanya memang agung tapi romantisme Jadoel bisa sia-sia belaka jika budaya yang ada malah menghancurkan kita. Sudahkan 2006 berbeda? Ah mungkin hanya saya saja yang “gila” memikirkan budaya yang ada saat ini.
Lain-Lain
Ada banyak hal dan tema yang sebenarnya dapat saya bicarakan dan diceritakan, salah satunya yang menarik minat saya adalah dunia selebritis dan sinetron. Tapi, apa daya saya, dunia selebritis seakan semu bagi saya dan sinetron yang ada masih saja membikin kita tertawa karena jauh dari realita. Mungkin tewasnya Alda, video mesumnya YZ-ME, poligaminya Aa Gym hingga pernikahan Dona Agnesia hanya sepotong bumbu kehidupan di Indonesia ini dan mungkin masih ada bumbu-bumbu kehidupan manusia Indonesia lainnya yang belum terungkap?
Epilog
2006, saya hanya bisa mengelus dada untuk pemiskinan bangsa, runtuhnya kehidupan sosial, busuknya politik, budaya yang menggejala hingga penjualan bangsa, hancurnya tata kehidupan dan mungkin juga tewasnya Alda. Berlebihankah? Mungkin juga. Tapi semoga ini menjadi kaca bagi kita dan semoga kacanya tidak buram.
Kalau setahun cinta, asa, bahagia dan sedih, kemalangan silih berganti mengisi kehidupan kita, mengapa tidak tahun 2007 hal-hal itu bisa muncul lagi. Kita hanya bisa mempersiapkan diri untuk kehidupan bangsa yang mungkin akan semakin buruk. Takutnya saya, kaca yang ada hanya buram semua dan sudah pecah, waduh itu baru bahaya…

Salam Cinta

Bung Kriwil

NB. Karena Bung Kriwil tak hanya di NB lagi dan kini giliran saya (pemilik blog) mengisi NB-nya. Karena ini pengalaman pertama saya hanya bisa berkata “Selamat Tahun Baru”, dan mungkin sistem yang ada bisa membuat kita lebih sengsara dan menderita jadi pesannya “Selamat Datang Juga Indonesia Penjual Bangsa-Negara” (Bersiaplah!). Soal kaca, bagi yang berminat bisa hubungi saya, ada stok banyak, tidak buram dan anti pecah. Maaf kalau terlalu banyak NB-nya, mungkin reaksi kimia ciu semalam masih terasa…

0 Comments:

Post a Comment

<< Home