Sang Pemula

Saturday, October 14, 2006

Habibie, Kawanan Perawan & Gerombolan Mantan Perawan

Kalo mantan Presiden Habibie buat buku yang bikin heboh, Detik-Detik yang Menentukkan, itu bukan hal yang aneh! Tapi kalau ada orang yang cerita dan bikin buku Detik-Detik yang Menentukan Hilangnya Perawan itu baru menarik dan aneh!
Apa sih yang tidak menarik dar sosok seorang Presiden atau Mantan Presiden? Semuanya layak disorot dan penting! Tapi kalau soal keperawanan, menarik dan penting, tapi jarang disorot! Terutama soal keperawanan yang hilang dalam pranikah! ML-nya bukan malam pertama pernikahan, tetapi ML di sudut2 kota yang menyesakan!
Sudut2 kota budaya, memang semakin sesak dan menyesakkan. Dan sesaknya kota ini menawarkan keperawanan dan hilangnya keperawanan! Mereka yang ranum siap dipetik atau layu sebelum berkembang selalu silih berganti menyesaki kota tua ini. Jogja.
Roda2 kehidupan di kota tua ini seakan tidak kenal lelah dan malas bekompromi. Silih berganti kawanan perawan memasuki kota ini. Tak berpeluh keringat, tak pernah malas! Dan haruskah mereka meninggalkan kota ini dengan status gerombolan mantan perawan.
Bagi Habibie, 18 bulan dia tinggal di Istana merupakan detik2 yang menentukan dirinya! Bagi kawanan perawan, hidup di kota tua ini, merupakan kubangan yang tiap detiknya menentukkan. Kebebasan diri, ekspresi diri, kemerdekaan kegiatan hingga hura2 penuh romantika merupakan menu utama kota ini! Dari dugem di diskotek, maen ke Gramet, ngeceng di Amplaz, ngelamun di kos, tongkrong di 0 Km, ML di Lembah atau WC kampus adalah barang yang halal di kota ini! Kalaupun itu haram, itu hanyalah sebuah peraturan yang keberadaannya sering dikesampingkan!
Bagi Habibie, tiap detik di Istana adalah hal yang menegangkan dan menentukan! Bagi kawanan perawan, tiap detik di kota ini adalah hal yang menggairahkan, meresahkan dan menentukan. Perawan kadang jadi barang obral yang murahan. Perawan kadang sakral dan selalu diamankan. Perawan kadang carut-marut dalam panasnya kos2an. Perawan kadang tertahan dalam bilik2 kehidupan malam. Perawan kadang hancur dalam pacaran. Perawan kadang bertahan hingga pernikahan.
Kalau intrik Istana tertuang dalam buku Habibie, mengapa intrik perawan belum berkata. Kalau ada masalah dalam istana seperti kata Habibie, mengapa masalah perawan di kota ini belum berbicara! Tabukah? Salahkan mereka para gerombolan mantan perawan? Salahkan kawanan perawan? Atau kota ini sengaja diam membiarkan kawanan perawan menjadi gerombolan mantan perawan, tanpa kata, tanpa bicara, tanpa semuanya...
Keperawanan? hanyalah mitos belakakah? Atau sebuah bukti harga diri? Atau sebuah bentuk yang sakral? Atau kepemilikannya bisa dijual?

NB. Bukan maksud penulis, menyinggung perasaan kaum hawa, tetapi ini hanyalah catatan dari kota tua yang menciptakan mantan perawan! Tak ada yang salah dengan mantan perawan!!!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home