Sang Pemula

Tuesday, March 27, 2007

Kalau Mimpi Sudah Nyata, Terus Mau Apa...

Tiga bulan lamanya, aku hanya memiliki satu mimpi. Aku hanya memimpikan satu hal, hanya satu, dan aku berusaha merengkuhnya untuk menjadi kenyataan. Kini, mimpi itu sudah nyata dan aku mulai bertanya, kalau mimpi sudah nyata, terus mau apa?
Aku berpikir bahwa hidup itu dibangun dari mimpi-mimpi. Kata orang gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Kalau cita-cita itu bagian dari mimpi hidup, maka tak salah kiranya jika kita mimpi untuk menjadi yang terbaik bagi diri kita sendiri. Bahkan, kemarin dulu aku pernah dengar Tukul Arwana bilang kalau mimpi itu yang tinggi sekalian, nanti kalau tidak tercapai masih lumayan baik daripada mimpi yang rendah nanti kalau tidak tercapai, bisa tidak berarti apa-apa.
Mimpi, katanya hanya ada dalam dunia tidur saja. Tapi aku pikir mimpi ada juga di dalam dunia nyata, ya seperti aku bilang tadi, hidup itu dibangun dari mimpi-mimpi. Bagiku hidup tanpa mimpi artinya hidup tanpa nafas. Ada istilah dalam agama bahwa “urip kuwi mampir ngombe” (hidup itu datang sebentar untuk minum) karena nanti ada dunia yang lebih kekal lagi. Jujur saja, aku kurang sepaham dengan pendapat “urip kuwi mampir ngombe”, aku tidak ingin hidup hanya sekedarnya minum, tapi aku ingin mengejar banyak hal tidak hanya minum, tapi juga makan, main dll. Ambisius? Mungkin juga, tapi aku pikir hidup tanpa ambisi, hidup tanpa hati. Ambisiku harus berjalan dengan hatiku, ambisi tanpa hati bisa jadi hanya kekonyolan hidup. Dan aku hanya berambisi aku hidup menjadi diriku sendiri, aku adalah aku.
Kini, mimpiku sudah nyata, terus mau apa? Aku pikir aku harus mengejar mimpi yang lebih tinggi dan besar lagi. Bukankah kalian sudah tahu tadi kalau aku penuh ambisi dan tentunya aku tidak hanya ingin hidup dengan slogan “urip kuwi mampir ngombe”.

NB. Bung Kriwil lagi sibuk jualan Es Cendol karena banyak orang yang datang ke warungnya untuk mampir ngombe.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home